JENGGOT DAN VARIAN IDEOLOGI (MUSLIM PURITAN)

Oleh : Jakaria M. Sali


A. Prolog

Fenomena keislaman saat ini selalu menarik untuk diperdebatkan dalam ruang-ruang ilmiah (akademik), sebab dengan demikian kita akan selalu memahami nomena-nomena dari fenomena keislaman yang muncul pada layar depan perilaku seorang muslim. Misalnya dalam konteks JENGGOT, apabila dikaji lebih dalam dari fenomena tersebut kita akan menemukan dan memahami pesan-pesan ideologis yang tersembunyi dibalik fenomena jenggot yang kita pandang secara kasat mata tersebut. inilah fenomena keislaman yang harus kita kaji secara lebih dalam tindakan umat Islam yang selalu mengedepan hal yang sifatnya formalistis atas nama sunnah keagamaan yang harus dijalankan oleh pemeluk Islam saat ini. Dan jenggot yang penulis uraikan dalam tulisan ini merupakan hal fenomenal yang mempunyai pesan teologis atau ideologis dalam Islam saat ini.  


B. Sejarah memelihara jenggot

Jenggot menjadi perhatian dalam kajian cultural studies memiliki makna tersendiri, dalam mengkaji akar ideologi yang termaktub dalam perilaku orang-orang yang memelihara jenggot. Jenggot adalah sejenis bulu yang tumbuh di bagian dagu kaum laki-laki yang menunjukkan ciri fisik bahwa orang tersebut adalah berjenis kelamin laki-laki.

Dalam Islam pada mulanya jenggot adalah ciri yang membedakan antara orang-orang yang beragama Yahudi dan Nasrani serta Majusi dengan umat Islam. Awal mulanya masyarakat Arab antara orang-orang Yahudi, Nasrani dan Majusi memelihara kumis secara keseluruhan, dan sebagian orang-orang Islam juga ikut memelihara kumis seperti halnya dengan mereka, jadi sulit kita membedakan mana orang-orang muslim, Yahudi, Nasrani dan Majusi. Maka dari sini Nabi Muhammad Saw memerintahkan umat Islam untuk mencukur kumis dan memelihara jenggot sebagai hal yang membedakan  antara umat Islam dengan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang Majusi, hal ini telah digambarkan dalam keterangan sebagai berikut :

“Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potong tipislah kumis kalian, dan biarkanlah jenggot kalian! (HR. Bukhori: 5893) ”

Dari Abu Umamah: …lalu kami (para sahabat) pun menanyakan: “Wahai Rasulullah, sungguh kaum ahli kitab itu (biasa) memangkas jenggot mereka dan memanjangkan kumis mereka?”. Maka Nabi -shollallohu alaihi wasallam- menjawab: “Potonglah kumis kalian, dan biarkanlah jenggot kalian panjang, serta selisihlah Kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani)!”. (HR. Ahmad: 21780, dihasankan oleh Albani, dan dishohihkan oleh Muhaqqiq Musnad Ahmad, lihat Musnad Ahmad 36/613)

Dari kedua hadis tersebut di atas, menjadi dasar kita untuk memahami apa tujuan nabi Muhammad SAW. menyuruh umatnya untuk memelihara jenggot dan menyukur kumis mereka? Tujuannya adalah satu yaitu untuk membedakan orang-orang Yahudi, Nasrani dan Majusi dengan Umat Nabi Muhammad SAW.

Jadi hadis tersebut di atas bagi penulis hanya berlaku pada zaman awal Islam yaitu masa Rasulullah, Sahabat dan para Tabi’in ataupun generasi setelah tabi’in, dan untuk konteks sekarang kita sulit untuk membedakan para ahli kitab seperti yang telah disebutkan di atas yaitu yang memelihara kumis, jadi sangat naif jika orang memelihara jenggot atas nama sunnah saat ini. Sebab nabi mensunnahkan umatnya pada saat itu hanya untuk membedakan ciri-ciri fisik saja antara umat Islam dengan para ahli kitab.

Hal inilah yang harus menjadi landasan bagi kita untuk memami sunnah bagi umat Islam untuk memelihara jenggot dan menyukur kumis. Tapi, bagi penulis bahwa pemeliharaan jenggot pada kalangan umat Islam hari ini hanya menjadi ciri ideologis bagi kelompok muslim-puritan yang memahami agama secara formalistis, dengan muslim yang bukan puritan (moderat) yang memahami agama secara substantif. 

Dari prototipe muslim puritan yang suka memelihara jenggot tersebut, memaksa pengikutnya untuk memelihara jenggot, sehingga baik orang-orang yang memiliki jenggotnya sedikit ataupun banyak juga dipaksakan untuk dipanjangkan dengan landasan atas nama sunnah nabi Muhammad SAW.  


C. Macam-macam Jenggot

Jenggot secara umum terbagi ke dalam tiga macam, yaitu : Pertama, jenggot yang bersifat biologis, artinya orang memiliki jenggot karena secara alamiah ia memiliki jenggot dan tidak memiliki pesan apa pun terhadap pemeliharaan jenggot, semuanya berjalan secara alamiah saja, Kedua, jenggot ideologis yakni orang-orang yang memelihara jenggot dengan maksud tertentu, atau punya alasan tertentu, misalnya ia selalu mengatakan bahwa ini adalah sunnah rasul yang harus dijalankan oleh kita, sehingga orang-orang demikian dianggap sebagai orang yang ortodoks dan punya pemahaman yang formalistis terhadap keagamaan (Islam) seperti yang penulis singgung di atas, Ketiga, jenggot campuran (biologis-ideologis) yakni orang yang memang secara alamiah sudah memiliki jenggot, tapi kemudian bersentuhan dengan pemahaman keagamaan yang formalistis, maka ia memelihara jenggot dengan alasan atas nama sunnah nabi Muhammad yang harus diikuti oleh umatnya, tanpa mengkaji dan memahami apa tujuan nabi menyuruh umatnya untuk memelihara jenggot.

Dari ketiga macam dan motif orang memelihara jenggot ini menjadi dasar dalam menganalisis, apa makna jenggot dan varian ideologis yang melatar belakangi orang itu memelihara jenggot.


D. Epilog

Jadi jenggot selalu menjadi hal yang fenomenal untuk dikaji oleh kita, dan muncul kesimpulan bahwa apakah jenggot seseorang itu merupakan hal yang benar-benar biologis berjalan secara alamiah atau memang dipaksakan untuk memiliki pesan ideologis tertentu. Namun selama ini jenggot yang kebanyakan di dalam fenomena keislaman mempunyai pesan yang sangat ideologis bagi kelompok yang dikategorikan sebagai kelompok muslim puritan yang selalu membicarakan hal apa pun atas nama agama atau sunnah. Inilah hal yang sanggat risi bagi umat Islam saat ini, di mana Islam hanya dipahami secara sempit yaitu sunnah-sunnah yang tidak penting (memelihara jenggot), sehingga hal-hal besar yang perlu kita sensitif itu selalu terabaikan. 


Semoga tulisan ini bermanfaat....!!!

Komentar

Postingan Populer