Ilmu adalah kunci

Oleh: Akbar Taslim


Bagaimana ceritanya masih di tanah Jawa ? Pertanyaan nyeleneh dari salah satu teman obrolan saya selepas makan siang kemarin di salah satu sekretariat organisasi yang kebetulan dulu dan hingga kini saya masih berkecimpung di dalamnya. Dari pertanyaan tersebut seketika terbesit di benak saya ini orang sedang memahami perjalanan hidup saya atau sedang menyindir, rupanya mengusik ketenangan saya. Apa jangan-jangan unsur subjektifitas dalam diri saya yang terlalu dominan. Tapi kiranya tidak perlu menyusun kata-kata yang terkesan pembelaan pribadi, barang kali akhir-akhir ini saya terlalu sering menjumpai orang atau membaca beberapa tulisan orang-orang yang kebetulan cenderung menggunakan emosional person dalam menyikapi segala sesuatu. Ah stop menggerutu, jawab pikiran saya sendiri disepersekian detik itu, lalu saya mulai menatap teman saya tersebut sekaligus merunut alur cerita yang pas sebagai jawaban dan sedikit menilai rupanya teman saya ini hanya ingin mengetahui alur pikiran saya dan bagaimana latar historisnya. Jadi menjawab pertanyaan bukan berarti bembelaan diri ya oke clear ya. Hahaha 


 Ok bro.. begini (saya mulai mengurai runutan jawaban tadi), kita ini dari etnis pendatang alias orang sebrang di tanah Jawa, dari daerah yang konon katanya dalam beberapa tulisan di media cetak, laporan statistik, klaster zonasi pembagian wilayah dalam pembangunan dan paket kebijakan pemerintah dalam merealisasikan program kerjanya. 

Daerah kita lumayan mendapat predikat diprioritaskan dan negeri  kita juga itu masuk dalam kategori daerah tertinggal, terbelakang dalam segala hal, termiskin, terpinggir terisolir dan lainnya yang mungkin lebih nyaris nasibnya kalau berani kita sebutkan, baik itu ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, politik, maupun infrastruktur pembangunan, tata kota-pembagian lahan sesuai struktur tanah (klaster zonasi oembangunan dan tata kota) kawasan-kawasan strategis belum jelas, jalur transportasi regional-nasional, pergerakan barang dan jasa, pasarnya ngawur gak nentu, populasi kelahiran dan angka kematian manusia yang nda jelas, komoditi lokal, produk lokal berikut keunggulan produk kreatif dan inovasi jauh dari kata mapan, alat produksi, ketersediaan sumber daya alam berikut sumber daya manusianya masih memerlukan perhatian khusus. Saya ulangi semuanya di atas “perlu perhatian khusus” ! Paham toh ? Artinya sangat mengkhawatirkan. 


Tapi sebentar, dari kesemua persoalan di atas ada satu yang perlu kita banggakan atau membuat kita agak percaya diri dan penuh punya harapan kedepan. Apa itu? Ya apa lagi kalau bukan sumber daya alam kita. ya itu satu-satunya perkakas bernilai kita yang masih anggun nan pesona – masih disegel bro ! Saya sedikit tertawa PD tapi ya se ala kadarnya saja.  Oh lupa satu sektor lagi yang patut dipikirkan sama-sama dan cukup membuat kepala pening bukan kepalang, apa itu ? Tanya teman saya sembari melotot, ya soal  pendidikan yang masih amburadul lah bro hahaha loh ia kan ?! Ini nih yang terakhir saya sebutkan yang membuat kita malang melintang nun jauh dari kampung halaman untuk duduk di detik ini disini yang terlihat seperti etnik liar. (Haha entik liar)  yaa apa lagi kalau bukan pendidikan. Sangat sangat jauh terbelakang.  Nah kan kok jadi so’ seperti analisis begini, lebar lagi mengeluhnya, payah !!!  Bro semoga semua persoalan negeri kita yang saya sebutkan tadi menjadi tanggung jawab bersama. Soal solusi bagaimana ? Tanya teman saya, yaa dikemudian hari kalau memang diberkahi umur kita, saya pastikan kita akan berjumpa kembali dalam forum-forum terbatas guna merumus langka strateginya - kalau pun alur pikiran kita masih sama (satu kesepahaman). teman saya lupa ketawa tadi, jadi pas dengar redaksi yang terakhir tertawanya bukan main-guagaknya terbahak-bahak.


Lalu saya menarik perhatiannya kembali ke topik awal seperti pertanyaannya di muka.  Nah begini bro.. kenapa saya masih Di sini ? Saya mengambil nafas sedikit, teman saya kelihatannya mulai menyimak. Ya waktu itu ketika saya menginjakkan kaki saya di pelabuhan tanjung priuk, kini pelabuhan itu menjadi salah satu dari sekian banyak pelabuhan di dunia termasuk yang paling sibuk dan terpadat hilir berganti kapal-kapal barang baik dari lintas provinsi maupun dari manca negara sudah mengaitkan jangkarnya di dasar laut teluk itu. Saya mulai bercerita, jadi selain telinga yang bising akan bongkar muat penumpang dan barang-barang, hidung saya pun mulai merasakan aroma Jayakarta (Jakarta sekarang). Namun juga, ingangatan saya kembali dan mengarah ke salah satu pelajaran di bangku sekolah dasar (SD) yakni sejarah Indonesia, Sunda Kelapa.. ya Kala itu Kalapa, nama aslinya, merupakan pelabuhan Kerajaan Sunda atau yang lebih dikenal saat itu sebagai Kerajaan Pajajaran yang beribu kota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor) yang direbut oleh pasukan Demak dan Cirebon. Walaupun hari jadi kota Jakarta baru ditetapkan pada abad ke-16, sejarah Sunda Kelapa sudah dimulai jauh lebih awal, yaitu pada zaman pendahulu Pajajaran, yaitu kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Tarumanagara pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Pelabuhan Kalapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjajah Eropa, Kalapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara Akhirnya Belanda berhasil menguasainya dan pintu masuk kapal-kapal kongsi dagang Belanda atau VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) setelah menguasai maluku (ternate-tidore) lalu kemudian melebar saat menancapkan pengaruhnya di Jawa masa penaklukan Jayakarta. Kemudian kebetulan mata saya melihat ke arah barat teluk Jakarta tepat di depan lumayan samar-samar karena jauh, atau mungkin tertutup kabut polusi kendaraan transportasi, di situlah letak pelabuhan sunda kelapa.

Geser lagi ke awal pembicaraan, kenapa masih di sini ? Ya bro, Jawa itu sentrum Indonesia, dulunya adalah negeri leluhur turunan para raja-raja di Nusantara dan kerajaan-kerajaan yang memiliki kebudayaan-peradaban luhur nan mapan di dunia sebagiannya di bumi Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo yang artinya kira-kira begini - kekayaan alam yang berlimpah, keadaan yang tenteram)* masih ingat kan semboyan itu bro.. itu di sini. Bukan saja itu, jamrud katulistiwa ya ini, pernah dengar benua atlantik yang konon katanya tenggelam itu juga di sini, manusia pertama di muka bumi salah satunya ditemukan di daerah ini jua mayoritas penduduk Nusantara bermuasal di negeri ini, bahkan kata salah satu guru saya yang cukup mempengaruhi Mindset berpikir juga tingkah laku saya bahwa peradaban Jawa ini sengaja di distorsi, dimanipulasi, diputarbalikkan kebenarannya juga di curigai negerinya para dewa hindu-budha bahkan agama tersebut terkonstruk bermula dari sini (cukup asumsi-spekulasi) yang fakta sejarahnya sedang di bicarakan dan berserakan dimana-mana.


Bro.. anda ingat Wangsa Syailendra dan Isyana, anda pernah pelajari kerajaan Tarumanagara, Kalingga, Kedatuan Medang (Mataram Kuno), Kedatuan Sriiwijaya, Singosari, Majapahit, Pajajaran, Kediri, Blambangan,  kesultanan Demak, Banten, Cirebon,  hingga Mataram Islam berikut peninggalan monumental yang mencengangkan dunia berupa prasasti-prasasti kuno, Candi-candi yang nilai arsitekturnya yang tak tertandingi yo disini bro. Satu lagi anda ingat sejarah penyebaran Islam ala Wali Songo kan bro yang warisan kearifan - keilmuannya menjadikan Islam sebagai Agama mayoritas Negeri ini sekaligus menggeser pengaruh Hindu-Budha yang telah ada berabad-abad lamanya, bro ngegeser keyakinan bro ingat ! Kok bisa ? Lalu Kok bisa ya mampu mencirikan berikut mensifati ciri keyakinan, penghayatan, pengamalan, pengajaran dan pengembangan Islam yang tentram adem penuh kedamaian (rahmatan lil alamiin) sesuai Sabda Tuhan mengenai Tujuan Agama Islam tanpa harus menarik busur anak panah juga menghunuskan pedang alias pertumpahan darah. Itu jimat semua bro, belum lagi kita ngmongin kesaktian Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI juga latar historis yang menggariswabahinya. Belum lagi kita runut semua tokoh-tokoh Bangsa-Nusantara juga dalam format pemikiran dan sepak terjangnya. ilmu itu bro, 


bro...maka Kita haru ilmui semua ! Semuanya harus kita lahap ! Kita jadikan makanan untuk nutrisi tubuh sehari-hari ! Nada saya agak tegas lalu pelan-pelan saya turunkan intonasi suaranya.. lalu saya bilang bukannya tadi saya sudah katakan di muka tentang negeri kita (kampung halaman). Bro jangan paksa untuk dibandingkan ya oke ya bro..haha

Lalu kami larut dalam beberapa batang rokok dan dua cangkir kopi. Dari sini saya baru ngeh ternyata teman yang saya maksud dalam obrolan panjang lebar tadi rupanya dia masih semester III duduk di salah satu bangku perguruan tinggi di daerah sekitar sini.


Sukabumi, 8 Agustus 2020

Apologi_at93

Komentar

Postingan Populer