"Lelakon di tengah Pandemi"

Oleh: Akbar Sarah, SH.
Di Negeri ini tanpa kita sadari atau memang tidak pernah menyadari sama sekali bahwa terdapat dua model kekuasaan yang kini sedang berlangsung saling memperebutkan dominasinya dalam tatanan kehidupan masyarakat. Kedua model tersebut ialah; pertama, kekuasaan politik dan yang kedua kekuasaan Agama. Terdengarnya memang suatu wacana yang mungkin sudah usang di ingatan kita namun kiranya perlu dikemukakan lagi hanya sekedar mengisi kekosongan waktu rehat saja dan mungkin juga mengalihkan suasana dari keruwetan memperhatikan lelakon publik yang sedang berjibaku memamerkan diri di tengah Pandemi.

Polarisasi keduanya sangat jelas sehingga memisahkan domain dalam alam pikir masyarakat dan bahkan membentuk pengelompokan perilaku sosial.

Bagi model yang pertama, menghendaki adanya kekuasaan mutlak dalam politik dengan varian otoritas dan kewenangan yang lebih atas kebijakan yang akan digulirkan tanpa harus ada intervensi dari pihak mana pun dan kalau pun ada tentu orang tersebut memang sudah terpengaruh oleh dominasinya atau bagian dari padanya. Tipe ini tujuannya adalah mengambil alih daulat manusia Indonesia semata-mata untuk mengiakan agenda serta projek kepentingan mereka dalam panggung sosial, ekonomi dan budaya serta hajat hidup masyarakat banyak berikut kalau memungkinkan mengikis sedikit pengaruh Agama di dalamnya. “Sebab jika berani menyebutkan kata oposisi atau menyuarakan gerakan perlawanan tentu menjadi musuh bersama”.

Sedangkan untuk model yang kedua lebih merepresentasikan titah wahyu dalam keyakinannya untuk merampas hak-hak beribadah masyarakat Agama dengan varian legalitas-formalitas dalam pengkajian, pengajaran dan pengamalan Agama itu sendiri. Mereka dengan tegas menginginkan kekuasaan absolut tanpa ada embel-embel negara dalam menjalankan peran dan fungsinya.  Toh kalau pun ada mungkin dari “kalangan yang sama” namun corak yang berbeda, dengan nada sinis sembari mengutip dalil-dalil kitab suci mereka dan segara di ambil alih tanpa ada kompromi.

Tentu kedua model ini jauh-jauh hari sudah mengampanyekan penolakan mereka terhadap pemisahan yang tegas antara Agama dan Negara yang dalam kajian atau perdebatan ilmiahnya disebut “sekularisme”. 

Jangan lupa pula bahwa dominasi kedua model diatas sudah sedemikian mengakar di tengah masyarakat dengan berbagai perangkat penunjang masing-masing. Misalnya, projek wacana (konsepsi dan visi masyarakat ideal include sosok tokoh yang dijadikan simbol), agitasi dan propaganda berikut media yang akan digunakan, operator mimbar publik, eksekutor lapangan, model gerakan, teknik operasional dll. Harus menjamah dan tanpa alpa dimemori ingatan manusia.

AT. Sukabumi, 11 Mei 2020

Komentar

Postingan Populer